Tepat pukul 07.00, aku hadir di hadapan banyak penonton, mulai dari usia muda hingga tua. Pagi ini, aku ingin memberitahu kabar tentang Indonesia, banyak sekali yang ingin aku sampaikan hanya dalam 60 menit. Terlalu singkat, bahkan dari 60 menit itu masih dikurangi iklan-iklan yang menggangguku! Akhirnya, Aku hanya bisa memberitahu sedikit dari apa yang aku punya. Akan tetapi, timbul sebuah pertanyaan yang sulit aku jawab,”Kabar yang mana yang harus aku sampaikan?”
Pagi ini banyak orang ingin berbahagia, mendapatkan hal-hal yang positif, dan tentu kabar gembira. Aku punya kabar gembira itu dan aku akan sangat senang untuk memberitahukannya kepada 250 juta pasang mata di Indonesia. Namun, apalah artinya Aku di hadapan uang, bos, rating dan apapun itu yang selalu mengaturku, membatasi langkahku dan membuatku menjadi sebuah hal yang tidak menyenangkan untuk dilihat. Sungguh ironis, kabar buruk yang aku punya adalah ‘kabar baik’ untuk ‘mereka’ para pengejar rating, uang, dan apapun itu!
Keberadaanku membuat raut wajah memburuk, membuat emosi pagi hari menjadi sangat buruk. Bagaimana tidak? Keseharianku memang hanya dipenuhi oleh korupsi, pemerkosaan, pembunuhan, pencurian, demonstrasi ricuh, penistaan agama, perang, konflik, tawuran, hingga skandal seks. Semua yang melihat dan mendengarku seakan bosan dan sudah hafal dengan apa yang akan aku bawa tiap pagi, siang, sore dan malam hari. Ketika masyarakat Indonesia bertanya,” Apa Kabar Indonesia?” Aku hanya menjawab, “Buruk! Tidak ada kabar baik untuk Indonesia!”
Tidak bisa aku bayangkan para pekerja itu, pagi cerahnya dirusak oleh apa yang aku bawa, setelah itu, kala dalam perjalanan yang macet, aku pun masih membawa hal yang sama seperti pagi hari, ya! apalagi kalau bukan kabar buruk! Hingga malam pun tiba, saat mereka bersama keluarga, aku pun masih dalam bentuk yang sama! Betapa menyedihkan kondisiku!
Namun dibalik itu semua, memang inilah tugasku, aku harus memberitahu semua orang tentang buruknya negeri ini, agar masyarakat tahu apa yang ‘wakil rakyat’ lakukan, apa yang mahasiswa lakukan, apa yang terjadi di daerah lain, dan masih banyak lainnya. Semua orang pasti tidak menginginkan kabar buruk, dan aku memaksa mereka untuk tahu akan kabar buruk itu! Itu memang tugasku. Aku selalu mengalami dilema, ketika aku menyudutkan salah satu pihak, yang aku pun tidak tahu manakah yang benar, manakah yang salah. Namun, lagi-lagi aku tidak memiliki kekuatan apapun untuk memilih kabar mana yang akan kuberikan kepada Indonesia, aku hanya mengikuti aliran tren, mengikuti aliran rate, dan tentu mengikuti aliran pemilik tempat aku berada.
Aku sedikit gembira ketika aku memberi kabar tentang olahraga kepada Indonesia, mereka sangat antusias! Namun, tetap saja ketika aku mengabarkan tentang olahraga Indonesia, Lebih banyak hal buruk yang aku sampaikan daripada yang baik. Ah, apakah aku seburuk ini? Atau memang Indonesia yang seburuk itu? Aku semakin tidak mengerti!
Aku sangat menantikan saat dimana aku dapat membuat 250 juta pasang mata Indonesia tersenyum di setiap saat. Tidak ada lagi korupsi, kejahatan, kekisruhan politik, konflik, konflik SARA, dan berbagai hal yang buruk. Entah hanya sebuah impian atau dapat menjadi kenyataan, aku hanya bergantung pada ‘mereka’ dan Indonesia. Oh iya, aku lupa memperkenalkan diri! Namaku adalah Berita.
Note: [Tulisan Lama] Dipublikasikan di Badan Otonom Economica FE UI