Belakangan ini sinetron dan sinema tentang muslim selalu identik dengan penindasan pihak yang taat, yang beriman. Seolah-olah, menjadi muslim yang baik harus sabar dan lemah dalam menghadapi segala sesuatu. Seorang istri didzolimi suaminya bertahan hingga babak belur, padahal Islam mengatur jelas mengenai hak seorang istri, seorang Ibu yang mengalah ke anaknya yang durhaka padahal sebagai orang tua seharusnya bisa tegas menghadapi sikap anak karena perbuatan anak akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti, hingga pekerja yang mau dianiaya dan sabar menghadapi kedzoliman majikannya. Apakah sebagai seorang muslim selalu identik dengan kelemahan?
Muslim yang kuat lebih dicintai Allah daripada Muslim yang lemah
Menjadi kuat atau lemah adalah pilihan, seorang muslim akan tetap mendapat satu kebaikan sebagai seorang muslim, tapi muslim yang kuat lebih dicintai Allah daripada Muslim yang lemah. Why?
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ، وَفِـيْ كُـلٍّ خَـيْـرٌ ، اِحْـرِصْ عَـلَـى مَا يَـنْـفَـعُـكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَـعْجَـزْ ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَـيْءٌ فَـلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِـّيْ فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَـذَا ، وَلَـكِنْ قُلْ: قَـدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَـفْـتَـحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu , beliau berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu, tetapi katakanlah, Ini telah ditakdirkan Allâh, dan Allâh berbuat apa saja yang Dia kehendaki, karena ucapan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan syaitan. (HR. Muslim – no. 2664)
Dari hadits diatas jelas sudah bahwa Muslim yang kuat lebih dicintai daripada yang lemah meskipun pada keduanya tetap ada kebaikan. Sebagai agama yang sempurna, Islam memberikan banyak petunjuk untuk menjadi kuat, mulai dari penjagaan interaksi laki-laki dan perempuan, membuat kedudukan perempuan begitu berharga (tidak lagi menjadi inferior), larangan durhaka kepada orang tua, anjuran menikah, anjuran menjaga kesehatan, hingga panduan dalam makan sehari-hari.
Dengan begitu lengkap panduan yang Allah berikan melalui Al-Qur’an dan Hadits, alangkah sangat disayangkan jika kita sebagai muslim masih lemah karena tidak mengikuti panduan yang sudah ada.
Mengetahui penyebab kelemahan
Untuk menjadi kuat, kita harus memahami apa yang membuat kita lemah, sehingga siap untuk berperang melawannya, seperti yang digambarkan dari do’a Rasulullah, “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari perasaan galau dan sedih; aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan malas; aku berlindung kepada-Mu dari penakut dan pelit; aku berlindung kepada-Mu dari lilitan hutang dan dikuasai” (HR Abu Dawud)
- Galau dan sedih
Dua hal ini seringkali melemahkan manusia apalagi jika hal ini terjadi berkepanjangan. Memang tidak bisa dipungkiri manusia pasti melewati dan mengalami dua perasaan ini, namun ada yang segera bangkit ada yang terus meratapinya. Dua perasaan ini biasanya berhubungan dengan kehilangan, entah itu kehilangan barang, kehilangan manusia (meninggal), hingga kehilangan “seseorang yang diharapkan” (eciee). Perasaan galau dan sedih merupakan pemberian Allah yang harus kita gunakan pada tempatnya dan di waktu yang tepat sehingga dua perasaan ini akhirnya membuat kita semakin dekat kepadaNya.
- Malas
Orang tidak beragama pun menganggap hal ini sebagai kunci kelemahan karena malas adalah sumber permasalahan. Islam melatih kita untuk disiplin dengan sholat lima waktu, mewajibkan puasa ramadhan, menganjurkan untuk menjaga fisik (olahraga), dan masih banyak panduan lainnya yang menghindarkan kita dari kemalasan.
- Penakut dan Pelit
Dua sifat ini saling melengkapi satu sama lain, biasanya hal ini terjadi karena tidak menyadari semua yang ia miliki hanyalah titipanNya sehingga rasa takut dan pelit selalu menghampirinya.
- Lilitan utang dan dikuasai orang
Terlilit hutang karena kebutuhan-kebutuhan yang tidak penting melemahkan seorang muslim, apalagi jika berhubungan dengan riba. Hutang dan dikuasai orang adalah dua hal yang sering terkait dan selalu relevan dari zaman dulu hingga saat ini.
Belajar menjadi lebih kuat
- Menganalisis dan Menghentikan semua penyebab kelemahan
Ada sebuah kasus unik yang mungkin (pembaca) ada yang mengalami; seorang pria yang banyak melakukan chatting (ia menganggap hal ini bukanlah berduaan) terhadap wanita hingga mereka terlalu dekat hingga setan menggodanya dan membuat mereka bertemu secara fisik. Beruntung mereka masih memiliki iman untuk tidak bertindak berlebih, namun tiba-tiba wanita tersebut memberitahukan bahwa dirinya akan menikah dengan orang lain. Sontak pria itu kaget dan galau serta bersedih berhari-hari, amalan-amalannya hancur berantakan hingga berbulan-bulan. Setelah sembuh hatinya, ternyata ia mengulanginya lagi bersama wanita lain dan dimulai dari chatting hingga mungkin akan terjadi hal yang sama di kemudian hari.
Poin penting dari kasus diatas adalah menganggap chatting adalah hal biasa dan tidak melenakan. Satu-satunya solusi baginya adalah menghentikan segala macam chatting berlebihan kepada lawan jenis dan menyiapkan diri untuk menikah
Tentu masing-masing dari kita akan selalu diuji dari titik lemah kita, tugas kita adalah menemukan apa penyebab kelemahan kita, lalu hancurkan keseluruhannya. Satu hal yang paling penting adalah prioritaskan menghilangkan keburukan daripada meningkatkan amalan (ibadah) karena keduanya tidak bisa disandingkan (contoh: menghafal Quran tapi masih pacaran, Dermawan tapi dari harta Riba, dan masih banyak contoh lainnya)
- Tingkatkan Ibadah dan Performa Diri (yaumiyah)
Setelah mengetahui penyebab kelemahan dan memeranginya, selanjutnya adalah membentuk benteng terkuat untuk menangkal berbagai macam penyebab kelemahan. Setan begitu pintar karena pengalamannya sehingga kita harus lebih pintar mengantisipasi semua penyebab kelemahan dan kekufuran. Begitu banyak panduan untuk kita meningkatkan yaumiyah kita (dari bangun tidur hingga tidur kembali), seperti:
- Tahajjud
- Sholat subuh berjamaah di Masjid
- Tidak tidur setelah subuh
- Olahraga
- Dhuha
- Bekerja
- Pulang
- Baca Quran
- Tidur lagi dengan persiapan sesuai anjuran Islam
Contoh diatas merupakan panduan yang Islam berikan melalui Quran dan Hadits, tentu kita hanya perlu melakukannya sesuai kemampuan kita. Masih banyak panduan hidup dari Islam yang jika kita ikuti akan mempermudah hidup dan membuat kita menjadi manusia yang “kuat”
- Dzikrul Maut (siapkan kematian daripada persiapan lainnya)
Apakah kita sedang berangan-angan atau bercita-cita untuk memilki bisnis/mendapatkan pekerjaan/lulus kuliah/menikah/dan masih banyak keinginan lainnya? Tentu bukan sebuah kesalahan bagi kita mempersiapkan semua yang dicitakan/dituju, namun apakah yang lebih dekat dan tidak pasti dari semua itu? Jawabannya adalah kematian. Mungkin kita sering mendengar ungkapan, “bekerjalah seolah-olah engkau akan hidup selamanya, dan beribadahlah seolah-olah engkau akan mati segera”. Akan tetapi, mengubah mindset bukan sebuah pekerjaan mudah, sehingga kata-kata tersebut akan menarik jika diubah menjadi,
Beribadahlah seolah-olah engkau akan mati segera dan Bekerjalah dengan niat Ibadah karena Allah
Jika kita mengaggap semua yang kita lakukan ibadah, maka hanya mengingat kematian yang membuat kinerja kita membaik dalam urusan akhirati dan juga “dunia”.
Hidup adalah Pilihan
Menjadi kuat atau lemah adalah pilihan, yang paling penting adalah apakah kita mampu mempertanggungjawabkan pilihan kita di akhirat nanti? Wallahu’alam